Text
Orang Miskin Dilarang Sekolah
Sungguh mengerikan dan bahkan melukai hati saat membaca novel ini. Jika kita masih punya nurani, kita akan merasa dihajar habis-habisan oleh novel ini. Bagaimana tidak?! Bukankah tak pernah ada orang yang bermimpi lahir jadi miskin, kere, tak punya apa-apa, tapi gara-gara itu semua mereka tak diberi hak untuk pintar, cerdas, kreatif, dan inovatif?! Mereka dilarang memasuki dunia sekolah, fasilitas bermain yang menggoda, hingga mereka hanya bisa memagut dagu dari balik pagar tinggi nan angkuh dengan mata kecil yang penuh rayu dan pilu. Ya Tuhan, mimpi itu amat jauh dari jangakaun tangan mungil mereka, (tepatnya) dibuat jauh oleh dzalimnya ‘penilaian harga manusia’ atas dasar kaya-miskin. Bacalah novel pengetuk hati ini, Anda pasti akan terasah untuk berempati... Semoga...”
Ibnu Hajar, M.Pd., guru, praktisi pendidikan, di Jawa Timur.
“Novel ini menggetarkan hati...gugatan atas sistematisasi kemiskinan di negeri ini, dari sudut pandang sang bocah yang tak pernah mengerti mengapa ia tidak boleh sekolah!”
Taufiqurrahman al-Azizy, novelis muslim kontemporer.
Bagaimanakah rasanya diasingkan gara-gara Anda miskin? Bagaimanakah pilunya hati Anda dilarang bermain, bersantai, menikmati hidup hanya karena Anda tak punya uang? Bagaimanakah rasanya bila Anda (terpaksa) hanya kuasa berdiri di balik pagar tinggi, memegangnya, dengan (hanya) tatapan mata menembus ragam keindahan fasilitas hidup di balik sana, lantaran Anda miskin?
Dari balik mata bening tak berdosanya, bocah itu tak kunjung mengerti mengapa ia dilarang bersekolah, bermain, bersahabat, dan bergembira ria seperti bocah-bocah se-bayanya di kejauhan sana. Sepasang matanya hanya mampu berkedip murni, bibirnya berkecap-kecap penuh goda, tangannya mencengkeram pagar tinggi....
.
18.A1368 | 899.221 3 WIW o | My Library (900) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain